Suku Toraja adalah suku yang menetap
di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya
diperkirakan sekitar 600.000 jiwa. Mereka juga menetap di sebagian
dataran Luwu dan Sulawesi Barat.
Nama
Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidenreng dan dari Luwu. Orang
Sidenreng menamakan penduduk daerah ini dengan sebutan To Riaja yang
mengandung arti “Orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan”,
sedang orang Luwu menyebutnya To Riajang yang artinya adalah “orang yang
berdiam di sebelah barat”. Ada juga versi lain bahwa kata Toraya asal
To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya (besar), artinya orang orang
besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan
kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal
kemudian dengan Tana Toraja.
Wilayah
Tana Toraja juga digelar Tondok Lili’na Lapongan Bulan Tana Matari’allo
arti harfiahnya adalah “Negri yang bulat seperti bulan dan matahari”.
Wilayah ini dihuni oleh satu etnis (Etnis Toraja).
Bahasa
Toraja adalah salah satu rumpun dari Bahasa Melayu (Austronesia) Tua
yang dituturkan sehari-hari oleh Suku Toraja yang dikenal sebagai satu
dari suku-suku Proto-melayu.
Kekhasannya
dapat ditemukan dari penggunaan kata-kata Melayu Tua dalam Bahasa
Toraja,Misalnya:Tasik=Laut,Tunu=Membakar,Pitu=Tujuh,dll.
Upacara adat Toraja
Toraja sangat dikenal dengan upacara adatnya. Didalam menjalankan upacara dikenal 2 ( dua ) macam pembagian yaitu:
Upacara kedukaan disebut Rambu Solok.
Upacara ini meiiputi 7 (tujuh) tahapan, yaitu :
Rapasan, Barata Kendek, Todi Balang, Todi Rondon., Todi Sangoloi, Di Silli dan Todi Tanaan.
Upacara kegembiraan disebut Rambu Tuka.
Upacara ini juga meliputi 7 (tujuh) tahapan, yaitu
Tananan Bua’, Tokonan Tedong, Batemanurun, Surasan Tallang, Remesan Para, Tangkean Suru
dan Kapuran Pangugan
Karena
mayoritas penduduk suku Toraja masih memegang teguh kepercayaan nenek
moyangnya (60 %) maka adat istiadat yang ada sejak dulu tetap dijalankan
sekarang. Hal ini terutama pada adat yang berpokok pangkal dari upacara
adat Rambu Tuka’ dan Rambu Solok.
1.Suku
Toraja adalah penduduk menetap. Interaksi dengan alam lingkungannya
sangat menentukan pola hubungan sosial dalam kaitannya dengan adat dan
budaya. Ciri tersebut mempengaruhi bentuk komunitas yang bernuansa
kebersamaan dan demokratis.
2.Oleh
proses sejarah yang panjang dan dituntut sampai sekarang, maka budaya
hidup berkelompok dalam satu komunitas di atas wilayah yang tetap
merupakan ciri khusus masyarakat suku Toraja.
3.Kombongan
sebagai wadah musyawarah merupakan lembaga yang tertinggi. Segala
sesuatu aturan yang menyangkut publik harus diputuskan melalui
Kombongan. Pengambilankeputusan tanpa musyawarah atau otoriter baik oleh
pemerintah ataupun oleh Pemangku Adat tidak pernah ditaati atau
dilaksanakan oleh masyarakat. Istilah To Makada Misa (otoriter) tidak
pernah diterima oleh masyarakat Toraja.
4.Faktor sejarah dan silsilah Lembang tempat asalnya merupakan kebanggaan masing-masing masyarakatnya.
5.Faktor
hubungan keluarga yang legitimasi melalui sejarah dan silsilah
merupakan tali pengikat yang dapat merupakan salah satu sarana
penyelesaian konflik.
Strategi
dan pintu masuk dalam rangka penguatan adalah melalui komunitas Lembang
atau kelompok dan bukan individu. Pengungkapan sejarah serta nilai adat
masing-masing Lembang merupakan alat komunikasi yang efektif dengan
masyarakat.
Sumber :
http://amiemangontan.blogspot.com/
http://community.um.ac.id/showthread.php?97827-upacara-adat-Toraja
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/adat-suku-tana-toraja/
dipublikasikan : Nurdin ( 10531 01691 10 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar