Senin, 18 Juni 2012

Antara Bunga Atau Ular


Term “Flores” berasal dari bahasa Portugis, maknanya ‘bunga-bunga’. Namun sebelum dikenal dengan “Flores”, menurut kisah-kisah para tetua, nama pulau ini sebelumnya adalah Nusa Nipa, yang bermakna Pulau Ular. Ada yang menyebut nama ini terpatri sebab pulau ini (dulunya) dihuni banyak ular, ada pula menyebut lantaran bentuknya bagai ular.
Kembali ke sejarah jaman dahulu kala sebelum kedatangan bangsa Portugis, Nusa Nipa masuk dalam jajaran kepulauan Sunda Kecil di bawah kuasa kerajaan Majapahit. Ingatlah Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada. Konon Gajah Mada pernah mendatangi Nusa Nipa, bahkan oleh masyarakat Lembata, mahapati Majapahit itu tinggal cukup lama di Lembata (dulunya Lomblen) dan meninggalkan sebilah keris disana (keris itu masih ada sampai sekarang). Itulah sebabnya nama Nusa Nipa terasa bernuansa “ke-Hindu Majapahit-an”, sama seperti nama-nama pulau di jajaran Sunda Kecil, misalnya Nusa Penida, Nusa Lembongan, Nusa……, dan lain-lain. Sekarang Nusa Nipa cuma dipakai sebagai nama sebuah universitas di Maumere.
Tapi bagaimana sampai disebut Flores? Ada dua versi yang dituturkan orang:
Versi Pertama, nama Flores diberikan oleh pelaut Portugis begitu tiba di sebuah tanjung di timur Flores. Tanjung tersebut, saat kapal merapat, dihiasi oleh pohon-pohon Flamboyan dan Bugenfil yang sedang mekar indah. Alhasil, tempat itu dinamakan “Cabo das Flores” atau “Tanjung bunga-bunga.” Lambat-laun tak semua frasa yang dipakai, hanya ‘Flores’-nya saja. Banyak orang yakin, bahwa sebuah daerah di Larantuka, Flores Timur bernama ‘Tanjung Bunga’ adalah tempat pertama lahirnya nama Flores.
Versi Kedua, kata Flores tidak boleh dipahami secara literal sebagai bunga (tumbuhan di darat) melainkan pemandangan bawah laut yang berwarna-warni bak taman bunga. Katanya, para pelaut Portugis terpukau dengan keindahan koral Flores, sehingga menamakannya sebagai pulau bunga. Pemberian nama Flores seharusnya dimengerti secara low content.
Sayangnya, versi kedua ini diduga hanya diciptakan oleh pihak-pihak yang merasa “bunga-bunga” bukanlah satu kata referral bagi pulau ini. Flores tak bisa diidentikan dengan bunga, oleh sebab itu mereka kemudian mengkonotasikan “bunga-bunga” itu sebagai keindahan warna-warni terumbuh karang di perairan Flores.
Beberapa sejarawan yang menentang versi kedua ini, berpendapat bahwa versi pertamalah yang tepat, “sebagai bagian dari Eropa, orang Portugis tentu lebih terbiasa mengungkapkan sesuatu secara direct, tanpa bahasa simbolik yang musti capek-capek dipahami berbeda, seperti kebiasaan orang Timur.”


Diposkan oleh: Rofida Husain 105 310 1698 10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar