Kamis, 19 Juli 2012


 Diposkan oleh Siti Hajjah Pasri(105 310 1675 10)

MacceraManurun di Enrekang
Untuk mengungkapkan rasa syukur atas keberhasilan tanaman pertaniaan, masyarakat desa Taulan, kecamatan Cendana, kabupaten Enrekang, Sulawesi selatan, menggelar pesta adat maccera manurung. Pesta adat ini hanya dilakukan dalam delapan tahun sekali, tak heran, jika perhelatan ini digelar, banyak warga Enrekang yang berada di perantauaan menyempatkan diri pulang kampung sekedar untuk mengikuti prosesi adat tersebut.

Masyarakat di daerah yang berhawa sejuk ini mengenal upacara adat maccera manurung sejak ratusan tahun yang lalu, upacara adat tersebut dipimpin oleh tetua adat setempat dan berlangsung dalam beberapa tahapan, prosesi awal yakni menabuh gendang semalam suntuk yang bertujuan untuk membangkitkan tanah. Masyarakat setempat meyakini, tanah adalah inti dari seluruh jagat, sehingga warga setmpat meyakini, tanah inilah yang pertama kali harus dibangunkan. Sementara gendang yang ditabuh adalah sebuah gendang tradisioanal yang hanya dikeluarkan saat upacara adat ini dilangsungkan. Orang-orang yang hadir menyaksikan upacara adat tersebut biasanya berusaha merebut kayu-kayu penabuh yang berjatuhan di sekitar gendang, warga percaya kayu-kayu tersebut memiliki keampuhan mengobati berbagai macam penyakit. Ritual menabuh gendang tua yang dianggap keramat itu dilakukan pada hari jumat.

Keesokan harinya warga yang melagsungkan hajatan ini kemudian melakukan penyembelian hewan berupa kerbau, daging kerbau tersebut di masak secara bergotong royong oleh sejumlah kaum perempaun yang hadir dalam pelaksanaan ritual adat itu, daging kerbau ini nantinya akan di santap oleh para tamu undangan. Ritual berikutnya adalah Majjaga. Dalam acara ini di persembahkan tari-tarian yang di anggap sebagai simbol kesetiaan kepada sang raja dan kerajaan. Para penari yang di dominasi oleh kaum lelaki ini, menari dengan bertelanjang dada di tengah hawa yang sangat dingin.

Ritual selanjutnya adalah Liang wae, yakni mengeluarkan air dari pusat bumi. Mereka melakukan ritual ini di awali dengan berdoa di sebuah lubang sumber mata air yang terletak di tengah hutan yang ketinggiannya mencapai 1.000 Meter di atas permukaan laut. Saat mereka berdoa, air tersebut akan memancar keluar dari lubangnya. Jika mata air tidak memancar biasanya masyarakat yang berda di kabupaten Enrekang ini harus bersiaga dengan kemungkinan buruk seperti gagal panen, atau biasanya ada warga kampung yang menjadi gila.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar